Hermana Somantrie
Pusat Kurikulum, Balitbang-Depdiknas
ABSTRAK: Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan terhadap berbagai macam bencana, baik alam maupun nonalam, seperti: gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapai, angin ribut, tornado, banjir, longsor, kekeringan, kelaparan, kebakaran, penyakit berbahaya dan menular, malapraktik teknologi, dan kerusuhan/komflik sosial.
Pada hakikatnya, manusia tidak bisa meramalkan kapan akan terjadi suatu bencana. Hal yang dapat dilakukan oleh manusia yaitu mengantisipasi dan meningkatkan kewaspadaan serta mengurangi dampak terjadinya suatu bencana. Dengan banyaknya macam bencana, Pemerintah dan pemerintah daerah perlu untuk menyelenggarakan pendidikan penanggulangan bencana atau pengurangan risiko bencana yang manjadi bagian dari kurikulum mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pentingnya menyelenggarakan pendidikan semacam ini yaitu untuk melindungi anak-anak dari dampak bencana yang terjadi di sekitar lingkungan mereka.
KATA KUNCI: bencana alam, bencana nonalam, pendidikan penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana, kurikulum sekolah.
PENDAHULUAN
Mungkin sudah kodratnya, negara yang namanya Indonesia harus menjadi lahan terjadinya berbagai bencana yang selalu datang berantai setiap masa, baik sebelum maupun setelah proklamasi kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Mengapa bisa terjadi seperti itu? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut harus menggunakan logika faktual. Fakta yang kita hadapi adalah bahwa kondisi geografis, geologis, topografis, hidrologis, metereologis, dan sosial budaya negara Indonesia telah menempatkan pada posisi wilayah dengan potensi kekayaan sumber daya yang tiada terhingga banyaknya, baik jenis maupun jumlahnya. Namun dibalik potensi tersebut, Indonesia juga memiliki potensi lainnya yang sangat memungkinkan setiap saat negara ini akan mengalami peristiwa bencana dari mulai yang paling ringan sampai dengan yang paling dahsyat.
Jenis-jenis bencana yang sering menimpa sebagian besar wilayah Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dikelompokkan ke dalam bencana alam, bencana non-alam, dan bencana sosial sebagaimana yang dituangkan dalam Tabel 1.
Sebenarnya dampak buruk suatu bencana dapat diminimalisir dengan berbagai upaya, namun hal tersebut seringkali tidak menjadi prioritas utama khususnya di negara-negara yang sedang berkembang. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak suatu bencana menurut UNESCO Bangkok (2005) yaitu: anticipating, educating, and informing are the keys to reducing the deadly effect of such natural disasters. Unfortunately, such activities have not been given priority.
Dengan pertimbangan tersebut, Indonesia yang memiliki potensi sangat rawan atau rentan terhadap bencana setiap saat sudah semestinya memprioritaskan upaya untuk mewujudkan pendidikan yang memberikan pengalaman belajar dalam menghadapi dan mengurangi segala macam risiko yang diakibatkan oleh suatu bencana bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Asumsi yang harus dijadikan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut adalah bahwa suatu bencana akan selalu mengintai kehidupan manusia setiap saat. Oleh karena itu, manusia perlu memiliki pengetahuan untuk menghadapi segala kemungkinan jika terjadi suatu bencana tanpa adanya peringatan awal dan mengurangi dampak yang ditimbulkannya.
Tidak ada seorang manusia yang bisa meramalkan kapan akan terjadi suatu bencana di suatu tempat tertentu karena bencana bisa terjadi sewaktu-waktu tanpa peringatan terlebih dahulu. Jadi, manusia pada dasarnya tidak akan pernah bisa menghindari bencana apa pun yang akan menimpa terhadapnya. Namun demikian, manusia sebagai makhluk berpikir perlu memiliki kemampuan untuk mengamati dan mengantisipasi fenomena yang mengarah pada kemungkinan terjadinya bencana dan menanggulangi segala dampak yang ditimbulkannya.
Menurut Smith (2004) bahwa: In theory, the safest response to environmental hazard is to avoid all danger. In practice, this is impossible, largely due to the development pressure on land. Even after severe disasters, inertia and the remaining infrastructure encourage rebuilding on the same - or a nearby - site. Oleh karena manusia tidak akan mungkin bisa menghindari bencana, manusia perlu mempersiapkan atau meningkatkan kesiap-siagaan jika sewaktu-waktu terjadi bencana dan kemudian mengurangi dampak atau risiko dari persitiwa bencana tersebut. Bencana pada umumnya membawa dampak buruk terhadap segala macam lingkungan, benda, dan kehidupan yang terdapat disekitarnya sebab sebagaimana yang dikatakan oleh Smith bahwa: Natural disasters are extreme, sudden events caused by environmental factors that injure people and damage property.
Meskipun semua pihak sudah tahu negara ini seringkali terkena bencana yang ganas dan mengerikan, namun sangat disayangkan masih banyak pihak atau orang yang tidak melakukan tindakan yang cepat, tanggap, dan antisipatif. Penulisan artikel ini bertujuan untuk menginformasikan tentang: (1) hakikat, potensi, dan jenis-jenis bencana yang seringkali menimpa sebagian wilayah negara Indonesia; (2)
Baca Selengkapnya Silahkan Download File Dibawah Ini :
1. File Bentuk PDF
2. File Bentuk DOC
KATA KUNCI: bencana alam, bencana nonalam, pendidikan penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana, kurikulum sekolah.
PENDAHULUAN
Mungkin sudah kodratnya, negara yang namanya Indonesia harus menjadi lahan terjadinya berbagai bencana yang selalu datang berantai setiap masa, baik sebelum maupun setelah proklamasi kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Mengapa bisa terjadi seperti itu? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut harus menggunakan logika faktual. Fakta yang kita hadapi adalah bahwa kondisi geografis, geologis, topografis, hidrologis, metereologis, dan sosial budaya negara Indonesia telah menempatkan pada posisi wilayah dengan potensi kekayaan sumber daya yang tiada terhingga banyaknya, baik jenis maupun jumlahnya. Namun dibalik potensi tersebut, Indonesia juga memiliki potensi lainnya yang sangat memungkinkan setiap saat negara ini akan mengalami peristiwa bencana dari mulai yang paling ringan sampai dengan yang paling dahsyat.
Jenis-jenis bencana yang sering menimpa sebagian besar wilayah Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dikelompokkan ke dalam bencana alam, bencana non-alam, dan bencana sosial sebagaimana yang dituangkan dalam Tabel 1.
Sebenarnya dampak buruk suatu bencana dapat diminimalisir dengan berbagai upaya, namun hal tersebut seringkali tidak menjadi prioritas utama khususnya di negara-negara yang sedang berkembang. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak suatu bencana menurut UNESCO Bangkok (2005) yaitu: anticipating, educating, and informing are the keys to reducing the deadly effect of such natural disasters. Unfortunately, such activities have not been given priority.
Dengan pertimbangan tersebut, Indonesia yang memiliki potensi sangat rawan atau rentan terhadap bencana setiap saat sudah semestinya memprioritaskan upaya untuk mewujudkan pendidikan yang memberikan pengalaman belajar dalam menghadapi dan mengurangi segala macam risiko yang diakibatkan oleh suatu bencana bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Asumsi yang harus dijadikan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut adalah bahwa suatu bencana akan selalu mengintai kehidupan manusia setiap saat. Oleh karena itu, manusia perlu memiliki pengetahuan untuk menghadapi segala kemungkinan jika terjadi suatu bencana tanpa adanya peringatan awal dan mengurangi dampak yang ditimbulkannya.
Tidak ada seorang manusia yang bisa meramalkan kapan akan terjadi suatu bencana di suatu tempat tertentu karena bencana bisa terjadi sewaktu-waktu tanpa peringatan terlebih dahulu. Jadi, manusia pada dasarnya tidak akan pernah bisa menghindari bencana apa pun yang akan menimpa terhadapnya. Namun demikian, manusia sebagai makhluk berpikir perlu memiliki kemampuan untuk mengamati dan mengantisipasi fenomena yang mengarah pada kemungkinan terjadinya bencana dan menanggulangi segala dampak yang ditimbulkannya.
Menurut Smith (2004) bahwa: In theory, the safest response to environmental hazard is to avoid all danger. In practice, this is impossible, largely due to the development pressure on land. Even after severe disasters, inertia and the remaining infrastructure encourage rebuilding on the same - or a nearby - site. Oleh karena manusia tidak akan mungkin bisa menghindari bencana, manusia perlu mempersiapkan atau meningkatkan kesiap-siagaan jika sewaktu-waktu terjadi bencana dan kemudian mengurangi dampak atau risiko dari persitiwa bencana tersebut. Bencana pada umumnya membawa dampak buruk terhadap segala macam lingkungan, benda, dan kehidupan yang terdapat disekitarnya sebab sebagaimana yang dikatakan oleh Smith bahwa: Natural disasters are extreme, sudden events caused by environmental factors that injure people and damage property.
Meskipun semua pihak sudah tahu negara ini seringkali terkena bencana yang ganas dan mengerikan, namun sangat disayangkan masih banyak pihak atau orang yang tidak melakukan tindakan yang cepat, tanggap, dan antisipatif. Penulisan artikel ini bertujuan untuk menginformasikan tentang: (1) hakikat, potensi, dan jenis-jenis bencana yang seringkali menimpa sebagian wilayah negara Indonesia; (2)
Baca Selengkapnya Silahkan Download File Dibawah Ini :
1. File Bentuk PDF
2. File Bentuk DOC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar